Agustus 2015...
tepat pukul 10.00 saya dan rekan pendaki tiba di bascame pendakian gunung lawu. ini kali ke tiga kaki saya menginjak gunung dengan ketinggian 3265 mdpl ini. cukup tinggi memang, meski sudah kesekian kali menikmati perjalanan mengarungi gunung ini, tak pernah sekalipun rasa bosan itu terlintas. pesona gunung yang penuh misteri ini membuat saya berdecak kagum dengan segala keelokannya. dari track track yang biasa sampai track yang benar benar membuat kaki lemas pun ada di jalur pendakian gunung yang satu ini. yang tak kalah menariknya gunung lawu bukan hanya gunung yang menjadi favorit para pendaki untuk mengisi waktu liburan, tapi gunung lawu juga merupakan tempat dimana banyak warga masyarakat melakukan adat adat yang berhubungan dengan mistis.
sebelum lebih jauh membahas , mari kita kenali terlebih dahulu gunung lawu ini....
Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu terletak di antara dua kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" (diperkirakan terahkir meletus pada tanggal 28 November 1885[3][4])
dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta
puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih
mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu
mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. Gunung Lawu adalah sumber inspirasi dari nama kereta api Argo Lawu, kereta api eksekutif yang melayani Solo Balapan-Gambir.
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling
dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.
Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai
tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan.
Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa
akhir Majapahit: Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Suharto.
unung Lawu sangat populer untuk kegiatan pendakian. Setiap malam 1 Sura
banyak orang berziarah dengan mendaki hingga ke puncak. Karena
populernya, di puncak gunung bahkan dapat dijumpai pedagang makanan.
Pendakian standar dapat dimulai dari dua tempat (basecamp): Cemorokandang di Tawangmangu, Jawa Tengah, serta Cemorosewu, di Sarangan, Jawa Timur. Gerbang masuk keduanya terpisah hanya 200 m.
Masyarakat sekitar gunung lawu percaya akan suatu legenda .Cerita dimulai dari masa akhir kerajaan Majapahit
(1400 M) pada masa pemerintahan Sinuwun Bumi Nata Bhrawijaya Ingkang
Jumeneng kaping 5 (Pamungkas). Dua istrinya yang terkenal ialah Dara Petak putri dari daratan Tiongkok dan Dara Jingga. Dari Dara Petak lahir putra Raden Fatah, dari Dara Jingga lahir putra Pangeran Katong.
Raden Fatah setelah dewasa beragama islam, berbeda dengan ayahandanya yang beragama Budha. Dan bersamaan dengan pudarnya Majapahit, Raden Fatah mendirikan Kerajaan Demak dengan pusatnya di Glagah Wangi (Alun-Alun Demak).
Melihat kondisi yang demikian itu , masygullah hati Sang Prabu.
Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi
memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dalam semedinya didapatkannya wangsit
yang menyatakan bahwa sudah saatnya cahaya Majapahit memudar dan wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan Demak.
Pada malam itu pulalah Sang Prabu dengan hanya disertai pemomongnya
yang setia Sabdopalon diam-diam meninggalkan keraton dan melanglang
praja dan pada akhirnya naik ke Puncak Lawu. Sebelum sampai di puncak,
dia bertemu dengan dua orang kepala dusun yakni Dipa Menggala dan Wangsa
Menggala. Sebagai abdi dalem yang setia dua orang itu pun tak tega
membiarkan tuannya begitu saja. Merekapun pergi bersama ke puncak Harga
Dalem.
Saat itu Sang Prabu bertitah, "Wahai para abdiku yang setia sudah saatnya aku harus mundur, aku harus muksa
dan meninggalkan dunia ramai ini. Dipa Menggala, karena kesetiaanmu
kuangkat kau menjadi penguasa gunung Lawu dan membawahi semua makhluk gaib dengan wilayah ke barat hingga wilayah gunung Merapi/gunung Merbabu, ke timur hingga gunung Wilis,
ke selatan hingga Pantai selatan , dan ke utara sampai dengan pantai
utara dengan gelar Sunan Gunung Lawu. Dan kepada Wangsa Menggala, kau
kuangkat sebagai patihnya, dengan gelar Kyai Jalak.
Tak kuasa menahan gejolak di hatinya, Sabdopalon pun memberanikan
diri berkata kepada Sang Prabu: Bila demikian adanya hamba pun juga
pamit berpisah dengan Sang Prabu, hamba akan naik ke Harga Dumiling dan
meninggalkan Sang Prabu di sini.
Singkat cerita Sang Prabu Brawijaya pun muksa di Harga Dalem, dan
Sabdopalon moksa di Harga Dumiling. Tinggalah Sunan Lawu Sang Penguasa
gunung dan Kyai Jalak yang karena kesaktian dan kesempurnaan ilmunya
kemudian menjadi mahluk gaib yang hingga kini masih setia melaksanakan
tugas sesuai amanat Sang Prabu Brawijaya.
jika anda berniat untuk mendaki gunung lawu anda bisa memperhatikan pos-pos berikut ini sebagai petunjuk :
BASECAMP - POS 1 :
Jalur pendakian Gunung Lawu didominasi oleh trek makadam dan bebatuan
besar. Dari basecamp ke pos 1 jalur pendakian masih cukup landai.
Sebelum mencapai pos 1, pendaki akan menjumpai beberapa shelter atau pos
bayangan. Waktu tempuh dari basecamp ke pos 1 hanya 45 menit. Di pos 1
terdapat shelter yang bisa digunakan untuk beristirahat. Terdapat juga
warung makanan disana namun tidak setiap hari buka.
Pos 1 |
POS 1 - POS 2 :
Dari pos 1, pendaki akan melanjutkan perjalanan ke pos 2. Jarak antara
pos 1 ke pos 2 merupakan jarak terpanjang dan terlama dalam jalur
pendakian ini. Biasanya untuk mencapai pos 2, pendaki membutuhkan waktu
antara 90 menit sampai 2 jam 30 menit. Trek yang dilalui mulai menanjak
dengan jalur bebatuan yang lumayan membuat otot paha mengeras.
Pos 2 |
Di pos 2 ini juga terdapat shelter yang biasanya digunakan untuk
mendirikan tenda bagi pendaki yang sudah mulai kelelahan dan bermalam
disana. Di depan shelter terdapat tanah datar yang cukup untuk
mendirikan 3 buah tenda.
POS 2 - POS 3 :
Trek akan semakin menanjak selepas pos 2. Trek pendakian masih berupa
batu-batu besar yang tersusun secara alami. Di trek ini biasanya para
pendaki mulai kelelahan dan sering beristirahat di perjalanan. Memang
trek pendakian dari pos 2 ini sangat menguras tenaga. Waktu tempuh yang
dibutuhkan untuk mencapai pos 3 sekitar 60 - 90 menit.
Pos 3 (sebelum renovasi) |
Di pos 3 terdapat juga shelter yang biasanya juga digunakan untuk
mendirikan tenda. Bagi kamu yang sudah tidak mampu melanjutkan
perjalanan lagi bisa bermalam di pos 3 ini. Dan selanjutnya bisa summit ke puncak Lawu pada jam 02.30 untuk mengejar sunrise. Perjalanan dari pos 3 ke Puncak Lawu sekitar 2 jam 30 menit.
POS 3 - POS 4 :
Selepas pos 3 trek masih sangat menanjak. Disini ketinggian sudah
mencapai lebih dari 2800 mdpl. Pos 4 akan semkain dekat ditandai dengan
adanya pegangan besi yang berada di samping kanan kiri jalur pendakian.
Pos 4 |
Di pos 4 ini tidak terdapat shelter, hanya tanah datar berukuran sempit
yang cukup untuk 1-2 buah tenda. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk
mencapai pos 4 sekitar 60 - 90 menit. Sebaiknya jangan bermalam disini
karena pos 5 sudah dekat dari sini.
POS 4 - POS 5 :
Dari pos 4 ke pos 5 jalur pendakian agak landai, dengan trek tanah yang
nyaman di kaki. Waktu tempuhnya cuma 30 menit. Di pos 5 ini terdapat
beberapa warung yang menjual makanan seperti nasi pecel, gorengan, kopi,
teh, dan minuman hangat lainnya.
Bagi kamu yang tidak membawa tenda bisa tidur dan bermalam di dalam
warung yang memang sudah disediakan tempat untuk para pendaki.
POS 5 - SENDANG DRAJAT :
Bila di pos 5 tempat untuk mendirikan tenda sudah penuh, pendaki bisa
melanjutkan perjalanan ke pos Sendang Drajat. Di Sendang Drajat terdapat
sumber air bersih yang bisa digunakan untuk mengisi botol-botol air
yang sudah kosong.
Sendang Drajat |
Di Sendang Drajat juga terdapat sebuah warung makan lengkap dengan
genset-nya. Jadi jangan heran bila di Gunung Lawu ada lampu listrik yang
menyala. Warung tersebut juga menyediakan tempat untuk tidur bagi para
pendaki yang tidak membawa tenda. Dari pos 5 ke Sendang Drajat hanya
membutuhkan waktu sekitar 20 menit.
SENDANG DRAJAT - WARUNG MBOK YEM :
Warung di Sendang Drajat itu bukannya warung terakhir di Gunung Lawu.
Ada lagi warung yang paling terkenal bagi para pendaki yaitu warungnya
Mbok Yem. Warung Mbok Yem hanya berjarak 15 menit dari Sendang Drajat.
Sama halnya warung lainnya, di warung mbok Yem ini pendaki bisa bermalam
di dalam warung yang memang menyediakan tempat yang cukup luas bagi
para pendaki.
Hargo Dalem |
Kalau kamu membawa tenda, bisa mendirikannya di depan warung mbok Yem.
Salah satu spot terbaik untuk melihat sunrise di Gunung Lawu ini adalah
di depan warung mbok Yem. Di sekitar warung mbok Yem terdapat Hargo
Dalem yaitu sebuah tempat petilasan Prabu Brawijaya.
WARUNG MBOK YEM - PUNCAK LAWU :
Dari warung mbok Yem ke puncak Lawu atau Hargo Dumilah hanya membutuhkan
waktu 15 menit dengan trek full menanjak. Di puncak Lawu terdapat
sebuah tugu triangulasi sebagai tanda puncak Gunung Lawu tersebut.
Di puncak Lawu, bila cuaca cerah pendaki bisa melihat Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, dan Sumbing di sebelah barat dan Gunung Semeru, Arjuno, Welirang di sebelah timur.
SELAMAT MENDAKI .......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar